Disetiap ban dilengkapi dengan indikator maksimal pemakaian ban. Namanya Tire Wear Indikator, sebut Ferry. Masih menurut Ferry lagi, kalau ban lokal menggunakan tanda panah di dinding ban. Itu tidak bisa mewakili karena tidak langsung menyentuh aspal.berbeda dengan buatan Michelin. Tire wear idikator berupa tanda titik yang ada di kembangan ban. Menyentuh langsung ke aspal. Kalau tanda ini sudah terkikis, diharuskan ganti ban.
Kode kapan ban diproduksi sangat penting untuk pembeli. Karena semakin lama diam di toko, kompon ban akan mengeras dan berbahaya jika jalan licin. Khusus produk Michelin terdapat di dinding ban dan diembos.Misalnya seperti pada foto di atas. Tedapat kode 1911. Angka 1 menyatakan ban diproduksi pada minggu ke 1.Sedangkan 9 menyatakan bulan september dan 11 menyatakan 2011.
Meski ban Michelin masih diprodukasi di luar negeri, tetapi tetap harus lulus standar Indonesia. Yaitu SNI (Standar Nasional Indonesia). Posisi itu sudah langsung diembos pada dinding ban. Jadi, sudah layak dipakai di Indonesia. "Jangan takut walaupun didesain di Prancis dan diproduksi di thailand, tetap aman dipakai di Indonesia." Yakin Ferry yang ramah itu.
Khusus di ban Michelin dilengkapi stiker kuning. Sebagai petunjuk ukuran serta beban maksimal ban. Misalnya diban matic atau bebek. Tidak hanya tertulis kode 49P, tetapi juga dilengkapi juga dengan penjabarannya. Arti 49P tertulis beban maksimal yang bisa ditanggung satu ban 185 kg. Kalau ban depan-belakang tinggal dikalikan 2.Jadinya 370 kg yang terdiri dari motor, rider, boncenger dan barang bawaan.
Di stiker atau embos khusus pada ban Michelin terdapat kode kecepatan maksimal. Biasanya menyatu dengan kode beban maksimal. Misalnya kode 49P, bukan hanya beban maksimal 185 kg yang bisa di tanggung satu ban. Kode 49P juga menyatakan kecepatan maksimal yang direkomendasi. Kecepatan maksimal 150 km/jam atau 93 MPH (Mile Per Hour). Kode ini, berbeda untuk tiap jenis motornya. Michelin bisa bikin untuk kecepatan di atas 400 km/jam
Arah Ban Dan Peruntukan
Titik Kuning
Setiap ban dilengkapi tanda titik dengan cat atau pewarna lainnya. Fungsinya sebagai tanda posisi pentil. "Supaya tetap balance setelah digunakan." Jelas pak Ferry.
Khusus untuk ban michelin, tanda titik warnanya kuning. Ketika pemasangan ban di pelek, usahakan posisinya lurus dengan pentil. Posisi itu hasil balancing dari pabrikan. Meski dipengaruhi kondisi pelek, tapi dianggap paling mendekati.
Tubless
Artinya ban ini termasuk ban tubless. Namun dalam pemakaiannya boleh juga menggunakan ban dalam. Itu bagi yang masih menggunakan pelek jari-jari.
Menurut pak Ferry, ban Michelin meskipun tubeless tapi memiliki bobot yang lebih ringan. Sehingga beban mesin lebih ringan. Tidak bikin boros bahan bakar. Jadinya gak bikin polutan tinggi. Sesuai semangat ramah lingkungan dan cinta bumi yang disengungkan para aktifis pecinta lingkungan hidup.
Perancis Dan Thailand
Di ban Michelin tertulis Designed in France. Menandakan bahwa ban Michelin didisain di Prancis. Makanya kembangan ban Michelin walaupun simpel tapi mengandung seni yang tinggi. Melibatkan seniman eropa ,bro. Selain itu terdapat juga tulisan Made in Thailand. Menandakan bahwa, ban Michelin untuk pasar Indonesia dibuat di Thailand. Meski begitu, pihak Michelin tetap melakukan riset di Indonesia.
E2 dan DOT
Kode E2, berarti tidak hanya berlaku untuk motor yang harus memenuhi setandar UERO 2. Di ban juga harus diproduksi dengan mutu yang memenuhi setandar E2. Makanya di ban sekelas Michelin harus mencantumkan kode ini. Termasuk kode DOT yang merupakan setandar dari Departmen of Tarnsportation dari Amerika.Sudah lulus uji kelayakan pakai. Dari segi keselamatan dalam pemakaiannya karena didukung konstruksi ban yang sudah melalui tes. Source: motorplus-online.com
View the original article here
Posting Komentar